Tahap pertama dari seleksi adalah tahap online registration. Tahap ini memakan banyak waktu, karena tiap peserta harus mengisi form yang ada di laptop yang sudah disediakan panitia dan harus memotret diri sendiri dengan webcam yang ada di laptop. Jujur aja, banyak pelamar yang mengetiknya agak lama. Gak ngerti deh kenapa, mungkin mereka jarang menggunakan laptop atau komputer, jadi gak terbiasa mengetik. Apalagi nomor urut gue 100 sekian, jadi gue harus menunggu lama. Setelah tahap online registration, pelamar langsung lanjut ke tahap kedua yaitu tahap pengukuran tinggi dan berat badan. Sesuai dengan persyaratan, hasil pengukuran tinggi badan gue masuk kriteria, yaitu 164 cm. Tapi sayangnya, hasil pengukuran berat badan gue gak masuk kriteria. Kelebihan 7 kg dari yang seharusnya. "Tinggi badan anda masuk kriteria, tapi mohon maaf berat badan anda termasuk overweight, jadi anda tidak bisa lanjut ke tahap seleksi selanjutnya." begitu kata panitianya. JEDERRRR!!! Overweight?! Am I that fat?! Kenapa juga mereka harus memakai kata "overweight"?! Emangnya gue semacam bagasi apah?! Agak kesel juga sih waktu nerima keputusan itu. Tapi ya mau gimana lagi. Akhirnya gue pulang dengan perasaan sedih.
Dua minggu kemudian, gue mendapat informasi lagi bahwa maskapai penerbangan tersebut mengadakan walk-in interview lagi. Gue memutuskan untuk mencoba lagi karena masih penasaran. Tapi kali ini gue diet dulu, karena gue gak mau ditolak lagi hanya gara-gara kelebihan berat badan. Gue mulai tidak mengkonsumsi nasi dan segala macam karbo. Gue hanya mengkonsumsi sayuran rebus dan minum banyak air putih. Dan gue juga membiasakan renang setiap hari untuk membakar lemak. Setelah sekitar dua minggu gue diet, akhirnya datanglah hari H nya. Kali ini, untungnya panitia tidak menerapkan sistem online registration, jadi proses lebih cepat. Setelah nomor urut dipanggil, gue langsung menuju tempat pengukuran tinggi dan berat badan. Tapi lagi-lagi berat badan gue belum masuk kriteria. Hasil diet gue dua minggu kemarin ternyata hanya menurunkan berat badan gue sebanyak 2 kg. "Maaf, berat anda masih belum masuk kriteria. Diet lagi aja. Bulan depan ikut lagi. Kita tiap bulan ngadain koq." begitu kata panitianya. Okey, gue sedikit semangat ketika tau kalau mereka mengadakan walk-in interview pramugari setiap bulan. Itu tandanya gue masih punya kesempatan, asal gue diet lagi.
Kali ini, gue menerapkan cara diet baru. Gue gak makan sama sekali, supaya gak ada makanan satupun yang bisa diserap oleh tubuh gue. Gue hanya mengkonsumsi air putih dan teh pelangsing. Gue sempat mencoba mengkonsumsi obat pelangsing, tapi ternyata gak ada efek apapun ke badan gue. Nafsu makan gak berkurang, perut pun gak mulas. Jadi gue beralih ke teh pelangsing saja. Lumayan memberikan efek mulas. Selain itu, gue juga berolahraga keras. Setiap hari gue sit up 100 kali. Belum lagi olahraga-olahraga yang lainnya. Tapi diet itu sangat menyiksa. Disaat orang lain makan, gue hanya bisa menelan ludah saja. Badan gue juga jadi sakit-sakit karena terlalu memaksakan olahraga. Karena tidak ada asupan makanan sama sekali, gue jadi anemia. Sering pusing dan badan lemas sekali. Tapi diet tetap gue lakukan demi menjadi seorang pramugari.
Tibalah hari H nya. Setelah penimbangan berat badan, ternyata berat badan gue masih belum masuk kriteria. Masih kelebihan 3 kg. Gue berharap ada miracle, tiba-tiba panitianya memberikan toleransi untuk kelebihan berat badan 3 kg, tapi ternyata tidak. Mereka terlalu strict untuk masalah berat badan. Gue tetap ditolak.
Gue pernah juga mencoba cabin crew walk-in interview salah satu maskapai penerbangan internasional. Tapi lagi-lagi di tahap penimbangan berat badan, gue gak lolos. Sejak saat itu, gue udah gak mau mencoba ikutan walk-in interview pramugari lagi, karena dietnya sangat menyiksa. Mungkin gue gak ditakdirkan jadi pramugari. Mungkin yang seharusnya jadi pramugari adalah cewek-cewek yang tidak perlu diet tapi badannya udah langsing. Lagipula, what’s wrong with fat body sih? Badan gue juga gak gemuk-gemuk banget. Kalau untuk jalan diantara kursi-kursi penumpang di dalam pesawat, gue masih muat lah. Lagian, yang penting itu kan badan seorang pramugari harus tinggi, supaya tangannya bisa mencapai kabin. So, kalau cuma kelebihan berat badan 3 kg seharusnya gak masalah donk.
Gue juga pernah baca forum di internet yang isinya tentang cerita cewek-cewek yang pernah ikut walk-in interview pramugari tapi ditolak. Dan alasan mereka ditolak pun bermacam-macam dan aneh-aneh. Ada yang ditolak karena di keningnya ada bekas luka (Padahal kalau menurut gue, that’s not a big deal. Bekas luka di kening kan masih bisa ditutup dengan poni). Ada lagi yang ditolak karena jari kakinya terlalu dempet, sedangkan di maskapai penerbangan tersebut mengharuskan pramugarinya menggunakan sendal, jadi jari-jari kakinya harus sempurna (Ini aneh banget. Kenapa juga jari kaki harus dipermasalahkan?! Emangnya para penumpang pesawat akan memperhatikan jari kaki pramugari sampai se-detail itu apah?!). Ada juga yang bercerita kalau di salah satu tahap seleksinya ada tahap skin scanning. Itu adalah tahap dimana kulit si pelamar di observe, apakah ada luka, bekas luka, atau jerawat. Selain kulit wajah, bagian kulit lain yang di observe adalah kulit di bagian tubuh yang akan terlihat saat si pelamar mengenakan seragam pramugari, seperti kulit dibagian leher, tangan, dan kaki. Apabila seragam pramugari itu modelnya rendah dibagian punggung, maka kulit punggung si pelamar juga harus bebas dari luka, bekas luka, atau jerawat.
Ini terlalu aneh buat gue. Kenapa proses seleksi pramugari seperti pemilihan puteri kecantikan? Kenapa persyaratannya harus strict banget? Badan harus ideal lah, kulit harus sempurna lah. Lagipula menurut gue, kalau ada seorang cewek yang mempunyai badan yang ideal, kulit yang sempurna, dan bisa berbahasa Inggris, mendingan dia daftar ke kontes puteri kecantikan atau jadi model yang jelas-jelas kerjaannya lebih seru, dibandingkan jadi pramugari yang kerjaannya harus melayani penumpang pesawat. Iya kan?!